Menu Utama

 

 

Kirim pertanyaan

 

Ajaran Besar

大學

 

Bab Utama

Adapun Jalan Suci yang dibawakan oleh kitab (Da Xue) 大學 (Thai Hak ~ Ajaran Besar) ini adalah : Menggemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya 明德, Mengasihi Rakyat 親民, (dan terakhir) Berhenti pada Puncaknya Kebaikan 至善. (Ajaran Besar Utama.1)

 

Bila sudah diketahui Tempat Perhentian (arah dan tujuan Kehidupan), maka akan dapat diperoleh Ketetapan Itikad. Dengan Itikad yang telah Tetap barulah dapat dirasakan adanya Ketenteraman Hati . Selanjutnya dengan Hati yang Tentram barulah dapat dicapai Kesentosaan Batin . Setelah Batin Sentosa barulah manusia dapat berpikir dengan Benar . Dan dengan berpikir dengan benar, barulah orang bisa berhasil . (Ajaran Besar Utama.2)

 

Tiap benda mempunyai pangkal dan ujung dan tiap perkara mempunyai awal dan akhir. (Ajaran Besar Utama.3:1)

Orang yang mengetahui pangkal dan ujung tiap benda, awal dan akhir dari tiap perkara, berarti ia sudah dekat dengan Jalan Suci. (Ajaran Besar Utama.3:2)

 

Orang jaman dahulu yang hendak menggemilangkan Kebajikan yang Bercahaya pada setiap orang di dunia ini, ia harus lebih dahulu mengatur negerinya. Untuk dapat mengatur negerinya, ia harus lebih dahulu membereskan rumah tangganya.  Untuk membereskan rumah tangganya, ia harus lebih dahulu membina dirinya. Untuk membina dirinya, ia harus lebih dahulu meluruskan hatinya. Untuk meluruskan hatinya, ia harus lebih dahulu mengimankan tekadnya. Untuk mengimankan tekadnya, ia harus lebih dahulu mencukupkan pengetahuannya. Untuk mencukupkan pengetahuannya, ia harus meneliti hakekat (awal dan akhir) tiap perkara. (Ajaran Besar Utama.4)

 

Dengan meneliti hakekat tiap perkara, maka akan cukuplah pengetahuannya. Dengan cukup pengetahuannya, maka ia akan dapat mengimankan tekadnya. Dengan tekad yang terlah beriman, ia akan dapat membina dirinya. Dengan diri yang telah terbina, ia akan dapat membereskan rumah tangganya. Dengan rumah tangga yang terbina, ia akan dapat mengatur negerinya. Dan dengan negeri yang teratur akan dapat dicapai dunia yang damai. (Ajaran Besar Utama.5)

 

Karena itu dari Raja sampai rakyat jelata, semua mempunyai satu kewajiban yang sama, yaitu mengutamakan pembinaan diri sendiri sebagai pokok (dasar) dari pelaksanaan Jalan Suci. (Ajaran Besar Utama.6)

 

Adapun pokok yang kacau itu tidak pernah menghasilkan penyelesaian yang teratur baik, hal ini sama halnya dengan seumpama menipiskan benda yang seharusnya tebal dan menebalkan benda yang seharusnya tipis. Jikalau dikatakan pokok yang kacau akan dapat membuat dunia menjadi damai, maka hal itu belum pernah (dan tidak akan pernah) terjadi. (Ajaran Besar Utama.7)

 

Bab I

Kebajikan Yang Bercahaya

 

Di dalam Kitab Shu Jing V.IX.3 書經 (Kitab Sejarah) tertulis, “Tekunlah di dalam Kebajikan Yang Bercahaya itu.” (Ajaran Besar I.1)

Di dalam Kitab Shu Jing IV.VA.2 書經 (Kitab Sejarah) tertulis, ”Pandang dan camkanlah Firman Tian Yang Gemilang itu.” (Ajaran Besar I.2)

Di dalam Kitab Shu Jing I.I.2 書經 (Kitab Sejarah)  tertulis, “Camkanlah benar-benar Kebajikan Yang Bercahaya Lagi Mulia itu.” (Ajaran Besar I.3)

Sesungguhnya untuk memperoleh Kegemilangan itu hanya tergantung pada usaha orang itu sendiri. (Ajaran Besar I.4)

 

Bab II

Menjadi Rakyat Baru

Pada tempayan tempat cuci muka milik Kaisar Shang Cheng Tang 商成湯 [1766 SM – 1753 SM] terukir kalimat, “Bila suatu hari dapat memperbaharui diri, perbaharuilah terus setiap hari dan jagalah agar tetap baru untuk selama-lamanya.” (Ajaran Besar II.1)

Di dalam Kitab Shu Jing V.IX.7 書經 (Kitab Sejarah)  tertulis, “Jadilah rakyat yang baru.” (Ajaran Besar II.2)

Di dalam Kitab Shi Jing III.1.1 詩經 (Kitab Sanjak) tertulis, “Negeri Zhou 周國, biar negeri tua tapi Firman itu tetap dipelihara sehingga senantiasa selalu baru.” (Ajaran Besar II.3)

Maka seorang Junzi 君子 (Susilawan) tidak pernah tidak berusaha dengan sungguh-sungguh. (Ajaran Besar II.4)

 

BAB III

Puncak Kebaikan

 

Di dalam Kitab Shi Jing IV.3.3:4 詩經 (Kitab Sanjak) tertulis, “Daerah ibukota yang luasnya seribu li itu, menjadi tempat kediaman rakyat. (Ajaran Besar 3.1)

 

 

Di dalam Kitab Shi Jing II.8.62 詩經 (Kitab Sanjak) tertulis, “Berkicau burung kepodang, hinggap jauh di hutan rimba.” (Ajaran Besar 3.2:1)

Kong Zi 孔子 bersabda, “Walaupun hanya seekor burung, namun dia tahu Tempat Perhentian (baginya). Kalahkan manusia oleh seekor burung ?” (Ajaran Besar 3.2:2)

 

Di dalam Kitab Shi Jing III.11.4 詩經 (Kitab Sanjak)  tertulis, “Sungguh Agung dan Luhur Zhou Wen Wang 周文王, betapa Gemilang budinya karena selalu di Tempat Perhentian.

1.      Sebagai seorang Raja, ia berhenti pada sikap Cinta Kasih (kepada rakyat),

2.      Sebagai seorang menteri, ia berhenti pada sikap  Hormat (kepada rajanya),

3.      Sebagai seorang anak, ia berhenti pada sikap Bakti (kepada orang tuanya),

4.      Sebagai seorang ayah, ia berhenti pada sikap Kasih Sayang (kepada anaknya),

5.      dan di dalam pergaulan dengan rakyat senegeri ia berhenti pada sikap Dapat Dipercaya.” (Ajaran Besar 3.3)

 

1.      Di dalam Kitab Shi Jing I.5.1:1 詩經 (Kitab Sanjak)  tertulis, “Pandanglah tebing sungai Ji, hijau berkilau jajaran bambunya. Adalah seorang Junzi 君子 (Kuncu ~ Susilawan) yang mengesankan, laksana (tanduk) dibelah kemudian dikikir, laksana (batu) dipahat kemudian digosok. Betapa teliti dan tekunnya seorang Junzi itu, betapa terang dan mulia. Adalah seorang Junzi yang senantiasa tidak boleh dilupakan.”

2.      ‘Laksana dibelah kemudian dikikir’, seperti itulah cara belajar seorang Junzi.

3.      ‘Laksana dipahat kemudian digosok’, seperti itulah cara membina dirinya.

4.      ‘Betapa teliti dan tekun’, seperti itulah cara seorang Junzi meluruskan hatinya.

5.      ‘Betapa terang dan mulia’, itulah yang menyebabkan orang hormat kepadanya dan

6.      ‘Adalah seorang Junzi yang senantiasa tidak boleh dilupakan’, hal ini melukiskan Jalan Suci yang jaya dan Kebajikan yang mencapai Puncak Kebaikan, akan membuat rakyat tidak dapat melupakannya. (Ajaran Besar 3.4)

 

1.      Di dalam Kitab Shi Jing IV.IA.4.3 詩經 (Kitab Sanjak)   tertulis, “O, sungguh tidak dapat dilupakan baginda yang terdahulu (Zhou Wen Wang) itu.

2.      Sebagai pembesar, beliau bersikap hormat kepada yang wajib dihormati dan bersikap Cinta Kasih kepada yang wajib dikasihi.

3.      Rakyat merasa bahagia dalam hal yang menggembirakan dan merasa beruntung dalam hal yang menguntungkan.

4.      Itulah yang menyebabkan Baginda yang terdahulu itu tidak dapat dilupakan.” (Ajaran Besar 3.5)

 

BAB IV

Pangkal dan Ujung

 

            Kong Zi 孔子 bersabda, “Untuk memutuskan perkara di ruang pengadilan, Aku dapat menyelesaikannya seperti orang lain, tetapi yang wajib diutamakan ialah mengusahakan agar orang lain tidak saling mendakwa sehingga orang yang berhati tidak lurus-pun tidak berani berbuat fitnah dan setiap orang menaruh hormat yang besar kepada rakyat.” Inilah yang dinamakan mengetahui pangkal. (Ajaran Besar 4)  (lihat juga Sabda Suci XII,13)

 

BAB V

Meneliti Hakekat Tiap Perkara

            (Adapun naskah asli bab V ini telah hilang pada saat pemusnahan Kitab-Kitab Suci pada masa Dinasti Qin (221 SM - 206 SM))

 

BAB VI

Mengimankan Tekad

Adapun yang dinamakan mengimankan tekad itu adalah tidak mendustai diri sendiri, yakni seperti membenci bau busuk dan menyukai keelokan. Inilah yang dinamakan bahagia di dalam diri sejati. Maka seorang Junzi 君子 (Susilawan) sangat berhati-hati pada waktu seorang diri. (Ajaran Besar 6.1)

 

Seorang xiaoren 小人 (rendah budi) pada saat senggang dan menyendiri suka berbuat hal-hal yang tidak baik dan tidak mengenal batas. Bila saat itu perbuatannya terlihat oleh seorang Junzi 君子 (Susilawan), ia lalu mencoba menyembunyikan perbuatannya yang tidak baik itu dan berusaha memperlihatkan kebaikannya. Tetapi bila orang mau memperhatikan baik-baik, niscaya dapat dengan jelas melihat isi hati dan isi perut (yang jahat dari xiao ren itu). Maka apalah gunanya perbuatan palsu (menutup-nutupi/menyembunyikan perbuatan yang tidak baik) ? Inilah yang dinamakan Iman, yang didalam itu akan nampak meraga diluar. Maka seorang Junzi sangat hati-hati pada waktu seorang diri. (Ajaran Besar 6.2)  (Lihat juga Kitab Sejarah  IV,3,3)

 

Zeng Zi 曾子 berkata, “Sepuluh mata melihat dan sepuluh tangan menunjuk, tidakkah itu menakutkan ?” (Ajaran Besar 6.3)

 

Harta benda dapat menghias rumah, kelakuan bajik menghias diri, hati yang lapang akan membuat tubuh kita sehat. Maka seorang Junzi senantiasa mengimankan tekadnya. (Ajaran Besar 6.4)  (Lihat juga Meng Zi VIIA,21:4)

 

BAB VII

Meluruskan Hati Membina Diri

Adapun yang dinamakan ‘untuk membina diri harus lebih dahulu meluruskan hati’ itu adalah karena :

1.      diri yang diliputi geram dan marah tidak dapat berbuat lurus,

2.      diri yang diliputi takut dan khawatir tidak dapat berbuat lurus,

3.      diri yang diliputi suka dan gemar tidak dapat berbuat lurus,

4.      diri yang diliputi sedih dan sesal tidak dapat berbuat lurus. (Ajaran Besar 7.1)

 

Hati yang tidak pada tempatnya, sekalipun melihat tidak akan nampak, meskipun mendengar tidak akan terdengar dan meskipun makan tidak akan merasakan. (Ajaran Besar 7.2)

 

Inilah sebabnya dikatakan bahwa untuk membina diri itu berpangkal pada lurus hati. (Ajaran Besar 7.3)

 

BAB VIII

Membina Diri Membereskan Rumah Tangga

Adapun yang dikatakan, ‘untuk membereskan rumah tangga harus terlebih dahulu membina diri’ itu adalah :

1.      Didalam mengasihi dan mencintai, biasanya orang memihak satu pihak (berat sebelah).

2.      Didalam menghina dan membenci, biasanya orang memihak.

3.      Didalam menjunjung dan menghormati, biasanya orang memihak.

4.      Didalam bersedih dan mengasihani biasanya orang memihak

5.      Didalam merasa bangga dan agung-pun biasanya orang memihak.

Sesungguhnya orang yang dapat mengetahui keburukan pada apa yang disukai dan dapat mengetahui kebaikan pada apa yang dibencinya, amat jarang kita jumpai di dalam dunia ini. (Ajaran Besar 8.1)

 

Maka didalam peribahasa dikatakan, “Orang yang tidak tahu akan keburukan anaknya, sama halnya seperti petani yang tidak mengetahui kesuburan padinya.” (Ajaran Besar 8.2)

 

Inilah yang dikatakan bahwa diri yang tidak terbina itu tidak akan sanggup membereskan rumah tangganya. (Ajaran Besar 8.3)

 

BAB IX

Membereskan Rumah Tangga dan kemudian Mengatur Negara

1.      Adapun yang dikatakan ‘untuk mengatur negara harus lebih dahulu membereskan rumah tangga’ itu adalah tidak dapat mendidik keluarga sendiri tetapi dapat mendidik orang lain, hal ini sesungguhnya tidak akan pernah terjadi.

2.      Maka seorang Junzi sekalipun tidak keluar rumah, dapat menyempurnakan pendidikan di negaranya.

3.      Dengan berBakti kepada ayah bunda, ia turut mengabdi kepada Raja.

4.      Dengan bersikap Rendah Hati, ia turut mengabdi kepada atasannya dan

5.      Dengan bersikap Cinta Kasih, ia turut mengatur masyarakatnya. (Ajaran Besar 9.1)

 

Di dalam Kitab Shu Jing V.IX.9 書經  (Kitab Sejarah) tertulis, “Berlakulah seperti orang yang sedang merawat bayi.” Bila dengan segenap hati sudah mengusahakannya, meski tidak tepat benar, niscaya tidak akan jauh berbeda dengan yang seharusnya. Sesungguhnya tidak ada orang yang harus lebih dulu belajar merawat bayi baru boleh menikah. (Ajaran Besar 9.2)

 

1.      Bila  setiap keluarga saling mengasihi, niscaya seluruh negara akan berada di dalam Cinta Kasih.

2.      Bila setiap keluarga saling mengalah, niscaya seluruh negara akan berada di dalam suasana yang saling mengalah.

3.      Tetapi bilamana setiap orang berlaku tamak dan curang, niscaya seluruh negara akan terjerumus ke dalam kekacauan,

demikianlah semuanya itu berperanan. Maka dikatakan, sepatah kata dapat merusak perkara dan satu orang dapat menenteramkan negara. (Ajaran Besar 9.3)  (Lihat juga Sabda Suci XX,1:5 dan Sabda Suci II,2)

 

 

1.      Kaisar Yao [2357 SM – 2255 SM] dan Shun [2255 SM – 2205 SM] dengan Cinta Kasih memerintah dunia, maka rakyat-pun mengikutinya.

2.      Xia Jie 夏桀 [1818 SM – 1767 SM] dan Shang Zhou Wang 商紂王 [1154 SM – 1122 SM] dengan Kebuasan memerintah dunia, maka rakyat-pun meninggalkannya dan menggulingkannya.

3.      Perintah yang tidak sesuai dengan kehendak rakyat akan membuat rakyat tidak menurutinya.

4.      Maka seorang Junzi 君子 (Susilawan) harus lebih dahulu menuntut dirinya sendiri, baru kemudian mengharap dari orang lain.

5.      Bila diri sendiri sudah tidak bercacat, barulah boleh mengharapkan orang lain juga tidak bercacat.

6.      Bila diri sendiri belum dapat bersikap Tepasarira (tenggang rasa), tetapi sudah berharap dapat memperbaiki orang lain, itu adalah hal yang tidak akan mungkin terlaksana. (Ajaran Besar 9.4)

 

Maka teraturnya negara itu sesungguhnya berpangkal kepada keberesan dalam rumah tangga. (Ajaran Besar 9.5)

 

 

1.      Di dalam Kitab Shi Jing I.1.6:3 詩經 (Kitab Sanjak) tertulis, “Betapa indah pohon persik. Lebat dan rimbun daunnya, laksana nona pengantin datang ke rumah suaminya, menciptakan damai dalam keluarga.”

2.      Dengan damai dalam rumah tangga barulah dapat mendidik rakyat dalam suatu negara. (Ajaran Besar 9.6)

 

Di dalam  Kitab Shi Jing II.2.6:3 詩經 (Kitab Sanjak) tertulis, “Hormatilah kakakmu, cintailah adikmu. Hormatilah kakakmu, cintailah adikmu.” Dengan demikian baru dapat mendidik rakyat untuk meneladan. (Ajaran Besar 9.7)

 

1.      Di dalam Kitab Shi Jing I.14.3:3 詩經 (Kitab Sanjak)  tertulis, “Kelakuan yang tanpa cacat, itulah yang akan meluruskan hati rakyat di empat penjuru negara.”

2.      Dapat melaksanakan tugas sebagai bapak, sebagai anak, sebagai kakak dan sebagai adik, barulah kemudian dapat berharap rakyat mau meneladaninya. (Ajaran Besar 9.8)

 

Inilah yang dikatakan mengatur negara itu berpangkal pada rumah tangga yang beres. (Ajaran Besar 9.9)

 

BAB X

Teraturnya Negara dan Kedamaian Dunia

Adapun yang dikatakan bahwa ‘kedamaian di dunia itu berpangkal pada teraturnya negara’ ialah :

1.      bila para pemimpin dapat bersikap Hormat kepada yang berusia lanjut, niscaya rakyat akan bangkit rasa Baktinya,

2.      bila para pemimpin dapat merendahkan hati kepada bawahannya, niscaya rakyat akan bangkit rasa rendah hatinya,

3.      bila para pemimpin dapat bersikap Cinta Kasih dan memperhatikan anak yatim piatu, niscaya rakyat juga tidak mau ketinggalan (mengikuti teladannya),

Itulah sebabnya maka dikatakan bahwa seorang Junzi mempunyai Jalan Suci yang bersifat siku. (Ajaran Besar 10.1)

 

1.      Apa yang tidak baik dari atas, tidak akan dan tidak boleh dilanjutkan ke bawah,

2.      Apa yang tidak baik dari bawah, tidak akan dan tidak boleh dilanjutkan ke atas,

3.      Apa yang tidak baik dari depan, tidak akan dan tidak boleh dilanjutkan ke belakang,

4.      Apa yang tidak baik dari belakang, tidak akan dan tidak boleh dilanjutkan ke depan,

5.      Apa yang tidak baik dari kanan, tidak akan dan tidak boleh dilanjutkan ke kiri, dan

6.      Apa yang tidak baik dari kiri, tidak akan dan tidak boleh dilanjutkan ke kanan.

Inilah yang dinamakan Jalan Suci yang bersifat siku. (Ajaran Besar 10.2)

 

Didalam Kitab Shi Jing II.2.5:3 詩經 (Kitab Sanjak) tertulis, “Bahagialah seorang Junzi 君子 (Kuncu ~ Susilawan), karena dialah ayah bunda rakyat.” Ia menyukai apa yang disukai rakyat dan membenci apa yang dibenci oleh rakyat. Inilah yang dikatakan sebagai ayah bunda rakyat. (Ajaran Besar 10.3)

 

Didalam Kitab Shi Jing II.4.7:1 詩經 (Kitab Sanjak) tertulis, “Pandanglah Gunung Selatan, tinggi dan megah batu di puncaknya. Ingatlah akan kebesaran Menteri Yi Yin 伊尹, karena rakyat akan selalu melihatmu.” Maka seseorang yang memegang kekuasaan di dalam negara tidak boleh tidak berhati-hati, sebab bila ia memihak (tidak adil) dunia akan mengutuknya. (Ajaran Besar 10.4)

 

Didalam Kitab Shi Jing IV.1.1:6 詩經 (Kitab Sanjak) tertulis, “Sebelum dinasti Shang 商朝 (1766 SM – 1122 SM) kehilangan kedaulatannya, pemerintahan dinasti itu laksana didalam pimpinan Shang Di 上帝 (Tuhan Yang Maha Tinggi).” Alangkah baiknya jika orang meneladan Dinasti Shang dan insaf akan betapa sulitnya mendapatkan Firman yang mulia itu. Maka dari itu dikatakan bahwa ‘yang mendapatkan hati rakyat akan mendapat suatu negara dan yang kehilangan hati rakyat akan kehilangan negara.’ (Ajaran Besar 10.5)

 

Seorang Junzi 君子 (Susilawan) selalu mendahulukan kewaspadaannya dalam melakukan kebijaksanaan pemerintahannya.

1.      Yang  memerintah dengan Kebajikan, niscaya mendapatkan hati rakyat,

2.      Yang mendapatkan hati rakyatnya, niscaya akan mendapatkan daerah (untuk diatur)

3.      Yang mendapatkan daerah, niscaya akan mendapatkan kekayaannya dan

4.      Dengan kekayaan itu, ia akan mendapatkan sumber pembelanjaan (bagi pemerintahannya). (Ajaran Besar 10.6)

 

Kebajikan itulah yang menjadi pokok dari pemerintahan seorang Junzi 君子 (Susilawan) dan kekayaan itulah yang menjadi ujungnya. (Ajaran Besar 10.7)

 

Bila mengabaikan yang pokok dan mengutamakan yang ujung, inilah memberi contoh kepada rakyat untuk saling berebut diantara sesamanya. (Ajaran Besar 10.8)

 

Maka penimbunan kekayaan (untuk diri sendiri) akan menimbulkan perpecahan di antara rakyat, sebaliknya tersebarnya kekayaan negara (secara merata kepada seluruh rakyat) akan menyatukan seluruh rakyat (dan negara). (Ajaran Besar 10.9)

 

1.      Kata-kata yang tidak senonoh itu akan kembali kepada yang mengucapkannya.

2.      Demikian juga kekayaan yang diperoleh dengan cara tidak baik akan habis dengan tidak karuan. (Ajaran Besar 10.10)

 

Didalam Kitab Shu Jing V.IX.23 書經 (Kitab Sejarah) tertulis, “Firman itu sesungguhnya tidak berlaku selamanya.” Maka dikatakan ‘yang berbuat baik akan mendapat dan yang berbuat tidak baik akan kehilangan. (Ajaran Besar 10.11)

 

Didalam Kitab Chu Shu 楚書 (Sejarah negeri Chu) tertulis, “Negeri Chu 楚國 (Couw) tidak memandang suatu benda sebagai mestika, hanya Kebaikan (shan) sajalah yang dipandang sebagai mustika.” (Ajaran Besar 10.12)

 

Jiu Fan 舅犯 berkata, “Walaupun aku hanyalah orang buangan, tapi tidak ada harta benda yang kupandang sebagai mustika, hanya Cinta Kasih-lah mustikaku.” (Ajaran Besar 10.13)

 

Didalam maklumat rajamuda Qin Mu Gong 秦穆公 [659 SM – 621 SM] tertulis, “Kami ingin mendapatkan seorang menteri yang jujur dan tidak bermuslihat. Yakni seorang yang sabar hati dan siap menerima segala hal yang berfaedah. Bila ada orang pandai (yang bisa membantu pemerintahannya), dia merasa itu sebagai kepandaiannya sendiri (dan tidak menjadi iri karenanya). Terlebih lagi jika dia mendapatkan seorang berbudi yang bertindak seperti Nabi, dia sangat menyukainya. Ia tidak hanya memuji dengan kata-kata (tentang orang yang berbudi itu) melainkan juga siap menerimanya (sebagai pembantu dalam pemerintahannya). Dengan mendapatkan (menteri yang jujur) seperti itu, kami tidak hanya dapat melindungi anak cucu, bahkan rakyat-pun mendapatkan berkah. Sebaliknya seorang menteri yang iri akan kepandaian orang lain, membenci dan menghalang-halangi orang yang berbudi untuk memangku jabatan, bukan menyebabkan tidak terlindunginya anak cucu, tapi rakyatpun akan mengalami bencana (dengan memiliki menteri yang dengki ini).” (Ajaran Besar 10.14)

 

Hanya seorang yang penuh Cinta Kaish yang dapat menyingkirkan orang semacam itu (orang yang iri dan dengki akan kepandaian orang lain), membuangnya ke empat penjuru, sehingga mereka tidak dapat kembali dan menetap dalam sebuah negeri. Maka dikatakan bahwa hanya seorang yang penuh Cinta Kasih saja yang dapat mencintai dan membenci orang. (Ajaran Besar 10.15) (Lihat juga Sabda Suci IV,3)

 

1.      Mengetahui seorang yang bijaksana tetapi tidak dapat mengangkatnya (sebagai pejabat) atau baru hendak mengangkatnya ketika sudah terlambat, itulah dinamakan lalai akan Firman.

2.      Mengetahui seorang yang tidak baik, tetapi tidak dapat menyingkirkannya atau dapat menyingkirkannya tetapi tidak sejauh-jauhnya, itulah yang dinamakan kesalahan. (Ajaran Besar 10.16)

 

Gemar akan hal yang dibenci rakyat dan benci akan hal yang disukai rakyat, itulah dinamakan memutar balikkan Watak Sejati. Hal ini akan dapat membahayakan diri sendiri. (Ajaran Besar 10.17)

 

Maka seorang Junzi mempunyai Jalan Suci yang Besar. Ingatlah hanya sikap Satya dan Dapat Dipercaya sajalah yang memungkinkan kita dapat mencapai cita-cita, sedangkan kesombongan dan keangkuhan akan mengakibatkan hilangnya harapan untuk menggapai cita-cita. (Ajaran Besar 10.18)  (Lihat juga Sabda Suci XIII,26)

 

Mengurus hartapun ada Jalan Suci Yang Besar, yakni penghasilan harus diusahakan lebih besar daripada pemakaian dan bekerja setangkas mungkin sambil berhemat. Dengan cara ini niscaya harta benda itu akan terpelihara. (Ajaran Besar 10.19)

 

1.      Seorang yang penuh Cinta Kasih akan menggunakan hartanya untuk mengembangkan dirinya.

2.      Seorang yang tidak berperi Cinta Kasih, hanya akan mengabdikan dirinya untuk menumpuk harta. (Ajaran Besar 10.20)

 

1.      Belum pernah ada kegemaran akan sikap Cinta Kasih dari seorang atasan akan mengakibatkan bawahannya menjadi tidak menyukai akan Kebenaran.

2.      Belum pernah ada orang yang menyukai Kebenaran tidak menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya (sungguh-sungguh).

3.      Dan tidak akan terjadi, harta yang berada didalam gudang negara bukan merupakan milik negara. (Ajaran Besar 10.21)

 

Meng Xianzi 孟獻子 berkata, “Seorang yang mempunyai kuda dan kereta tidak seharusnya meributkan soal ayam dan babi, seorang yang berkedudukan tinggi tidak seharusnya meributkan soal kerbau dan kambing, dan seorang pembesar yang bisa mengurus seratus kereta perang tidak seharusnya memakai pegawai yang suka memeras rakyat. Daripada mempunyai pengawai yang suka memeras rakyat lebih baik mempunyai pengawai yang suka mencuri. Inilah yang dikatakan bahwa negara janganlah menganggap keuntungan material sebagai Keberuntungan, tetapi hendaklah memandang Kebenaran sebagai Keberuntungan.” (Ajaran Besar 10.22) (Lihat juga Shi Jing I,15,1:8 dan Sabda Suci XI,17)

 

Pemimpin negara yang hanya mengutamakan harta saja, menunjukkan dia seorang yang berbudi rendah. Jika perbuatan rendah budi itu dianggap baik, maka akan datang malapetaka bagi negara itu. Bila hal ini sudah terjadi, meski datang seorang yang baik, iapun tidak akan dapat berbuat apa-apa lagi. Maka dikatakan ‘suatu negara janganlah menganggap keuntungan material sebagai Keberuntungan, tetapi pandanglah Kebenaran sebagai Keberuntungan.” (Ajaran Besar 10.23) (Lihat juga Meng Zi IA,1).